Kamis, 13 Oktober 2011

Menanam Sayur di Polibag/Pot


Bibit selada disemai di bekas tempat kue (limbah plastik)

Sampah hijau dari dapur kalau dikelola dengan baik akan memberi manfaat. Caranya? Setiap hari pasti ada sisa potongan sayur, bungkus tempe, dan sebagainya. Seyogyanya dirajang dikumpulkan dalam keranjang sampah. Tapi keranjang sampah dari bambu itu bagian pinggirnya diberi karton bekas dus mi atau yang lainnya.
Sampah rajangan itu dicampur dengan kompos yang sudah jadi atau tanah biasa. Kalau sampahnya kelihatan kering, disiram air sedikit kemudian ditutup plastik. Kalau ada tambahan sampah dicampurkan lagi. Setiap 2 hari sekali diaduk, dan bila dipegang rasanya hangat berarti proses pembuatan kompos akan berlangsung.
Menambah sampah rajangan dilakukan setiap hari, sampai keranjang itu penuh. Setiap hari kita bisa menabung sampah sehingga lingkungan tempat tinggal kita bersih. Untuk mempercepat pembuatan kompos, bisa ditambahkan cairan Mikro Organisme Lokal (MOL) tapai yang bisa dibuat sendiri.


Tanaman selada ditempatkan di atap rumah tempat jemuran

Tabungan kompos itu bisa dimanfaatkan sebagai media tanaman hias. Saya memanfaatkan kompos itu untuk menanam sayur seperi selada keriting, sawi sendok/bangkok, cesim, seledri, daun bawang, dan kucai serta cabai. Terlebih dulu biji sayur dan cabai disemaikan dulu dan setelah tumbuh beberapa daun dipindahkan ke polibag.
Tanaman sayur dan cabai itu dirawat dengan baik, yaitu didangir dan dibuang rumputnya yang biasanya tumbuh di sekitar tanaman. Jangan lupa dipupuk dengan MOL tapai yang dicairkan dengan perbandingan 1: 15. Bila tanaman itu dirawat dengan baik, pasti akan memberikan hasil sayur yang bisa dikonsumsi sendiri dengan sehat karena tanpa pestisida. Selamat Mencoba!

Jumat, 03 Juni 2011

Banyumas Merintis IVA Center

Kepala Dinkes Banyumas dr. Widayanto MKes (paling kiri) menyaksikan serahterima RSUD Banyumas Unit II

Upaya pencegahan kanker serviks yang dilakukan di Kabupaten Banyumas sudah dilakukan secara terpadu antara Rotary Club Purwokerto dibantu bidan anggota Rotary Community Corps (RCC) Utami bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
Selama tahun 2010, skrining kanker serviks dengan metoda IVA yang dilakukan bidan-bidan RCC Utami telah memeriksa 6.160 wanita dan mengobati 860 wanita yang ditemukan kutil. Pengobatan dilakukan oleh dr. Tonny S Moerdijat SpOG charter member Rotary Club Purwokerto yang gencar mempromosikan skrining kanker serviks metoda IVA.
Kerjasama pencegahan kanker serviks itu selama tahun 2011 sampai bulan Mei 2011 telah menskrining sebanyak 1.564 wanita di  Desa Dermaji Kecamatan Lumbir, Kecamatan Purwojati, Tambak, Somagede, dan Kecamatan Kalibagor. Jumlah wanita yang ditemukan kutil sebanyak 193 wanita dan langsung diobati. Kaum wanita yang mengikuti skrining kanker serviks selama 2010 – 2011 berasal dari 20 kecamatan dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas.
RSUD Banyumas Unit II Diserahkan Pemda
Bertepatan dengan peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011, RSUD Banyumas Unit II telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Acara serah terima itu dilakukan oleh Direktur RSUD Banyumas dr. Gempol Suwandono kepada Sekda Banyumas yang diwakili Kabag Kesra Khaerul Zubair disaksikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dr. Widayanto MKes, President Rotary Club Purwokerto Buntoro, PP. Tonny S Moerdijat, PP. Anton Soeparno, Spouse Atiek Suwarni, Spouses Ida Novianto dan Ketua RCC Utami Udji Suswinarti.
Menurut dr. Widayanto, bangunan perangkat kesehatan itu akan dimanfaatkan sebagai Klinik Utama Kesehatan Ibu dan Anak. Secara bertahap ditingkatkan menjadi IVA Center yang akan melayani skrining kanker serviks sekaligus pelatihan IVA. Program tersebut tetap dilaksanakan dengan kemitraan antara Dinas Kesehatan dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas bersama Rotary Club Purwokerto dan bidan RCC Utami.
Saat ini dr. Tonny S Moerdjat dan Rotary Club Purwokerto telah melatih 40 orang bidan Puskesmas dan 70 orang dokter Puskemas se Kabupaten Banyumas yang mewakili 39 Puskesmas. Mereka sudah melakukan skrining kanker serviks di Puskesmas masing-masing, dan diharapkan pencegahan kanker serviks bisa menjangkau seluruh wanita di Kabupaten Banyumas yang berusia 30 tahun lebih. ‘’Berdasarkan anjuran WHO wanita yang wajib mengikuti skrining kanker serviks harus berumur 30 tahun lebih,’’ tandasnya disela-sela serah terima tersebut. (Anton Soeparno)

Kamis, 02 Juni 2011

Menanam Selada Kriting di Pot


 Selada kriting di pot
Ide menanam selada kriting di pot diawali dari keinginan untuk mencoba karena penasaran. Eh, ternyata tidak terlalu sulit. Media yang digunakan adalah kompos yang berasal dari sampah hijau sisa potongan sayur. Media kompos itu sangat memicu pertumbuhan selada kriting yang disemaikan lebih dulu.
Ketika dipindahkan ke pot dan polibag, sayur selada itu tumbuh subur. Apalagi ketika dipupuk MOL tapai atas saran pakar lingkungan hidup dari Bandung. MOL tapai yang sudah diencerkan dengan perbandingan 1 : 15 itu member catu makanan untuk pertumbuhan tanaman.
Bibit selada kriting itu ditempatkan pada rak bambu dan dilindungi atap plastik bening. Rak bambu tempat tanaman sayur itu ada di atap rumah sehingga harus menyiram secara teratur. Tapi, lumayan kalau mau menanam sayur sendiri meski tidak punya lahan. Paling tidak hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, dan hasilnya memang bebas pestisida.
Atap rumah yang juga untuk menjemur pakaian, bisa dimanfaatkan untuk menyemai bibit tanaman. Mulai dari asam, ketapang, albasia. Ada juga tanaman cabai, tanaman katu, salam, jahe, kencur, kucai dan sebagainya. Aneka tanaman itu sebagai ajang untuk belajar agar bisa bercerita ketika diminta untuk bicara tentang tanaman. (Anton Soeparno)

Rabu, 20 April 2011

Aneka tatakan gelas



Bungkus sachet minuman sering dibuang begitu saja dan dibiarkan berserakan. Akibatnya, sampah plastik itu menciptakan pemandangan yang tidak sedap. Kalau bungkus itu dikubur dalam tanah pun tidak akan hancur. Nah, kalau Anda kreatif bisa memanfaatkan bungkus-bungkus itu menjadi bahan kerajinan yang menarik.
Bekas bungkus itu dibersihkan dulu dengan dicuci, dan dikeringkan. Kemudian ukurannya disamakan dan dijahit sesuai selera dan keinginan kita. Misalnya, bekas bungkus Extra Joss, Kuku Bima, Capucino atau Nescafe yang ukurannya kecil bisa jadi tatakan gelas yang menarik.
Empat bungkus dijahit dan ukurannya 10 x 10 cm sehingga bisa dibuat menjadi tatakan gelas yang bulat, atau empat persegi. Bagian bawah dilapis kain vuring dan pinggirannya ditutup dengan bisban sesuai warna agar terlihat cantik.
Anda bisa menjualnya dalam paket berisi 6 buah, dengan harga yang terjangkau. Bila Anda kreatif bisa menawarkan tatakan gelas itu dari rumah ke rumah.