Setiap
hari sampah yang diproduksi akibat kegiatan manusia sangat beragam dan
jumlahnya makin banyak. Di antaranya, sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik yang biasa dijumpai setiap hari di sekitar rumah kita adalah
sampah hijau sisa potongan sayur yang dihasilkan bila ibu-ibu menyiapkan
makanan untuk keluarga. Seringkali sampah sisa potongan sayur itu dibuang
begitu saja dan sering menimbulkan aroma yang kurang sedap. Apalagi kalau
dibuang di keranjang sampah dan tersimpan lebih dari 3 hari dan mulai membusuk.
Sebenarnya,
sampah dapur sisa potongan sayur itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat
kompos skala rumah tangga. Kalau Anda punya lahan di halaman bisa dikumpulkan
dalam lubang di tanah dan sampah itu dibuang/dikumpulkan di situ. Tapi kalau
tidak punya lahan, bisa dikumpulkan dalam keranjang sampah yang bagian bawahnya
dialasi tanah/kompos jadi. Sampah dicacah lebih dulu dan diletakkan merata.
Keranjang sampah dari bambu itu dibagian pinggirnya secara berkeliling
keranjang diberi karton untuk menahan agar tidak ada yang keluar.
Produksi
sampah hijau dapur jumlahnya relatif sedikit dan sampah itu harus ditambahkan
setiap hari. Bisa juga ditambah dari sampah daun atau kertas bekas yang dipotong
kecil-kecil. Makin lama keranjang itu akan penuh. Untuk mengecek apakah proses
fermentasi sampah itu berhasil atau tidak, tumpukan sampah itu dipegang. Kalau
terasa hangat itu sebagai patokan kalau fermentasinya berhasil. Untuk
mempercepat pembuatan kompos, bisa menyemprotkan Mikro Organisme Lokal (MOL)
yang bisa dibuat dari tape.
Caranya,
1 ons tape ketela pohon dimasukkan dalam botol bekas kemasan minuman 1,5 liter,
dikocok-kocok. Bila sudah larut tambahkan air sampah penuh dan biarkan selama 4
hari tapi botol tidak boleh ditutup. Jika sudah 4 hari, air tape itu akan
menimbulkan aroma alcohol berarti pembuatan MOL berhasil dan siap disemprotkan
ke tumpukkan sampah di keranjang.
Selanjutnya,
sampah di keranjang itu diaduk setiap 2 hari sekali agar tumpukan sampah itu
menjadi dingin dan mendapat oksigen. Tambahkan lagi cacahan sampah hijau sampah
penuh. Sebagai indikator kalau proses fermentasi sampah berhasil adalah jika
diraba akan terasa hangat.
Kompos
siap dimanfaatkan jika sudah berubah warna kehitaman seperti tanah. Sebelum
dipakai lebih dulu diayak dan ampasnya bisa digunakan sebagai campuran untuk
membuat kompos lagi. Kegiatan itu dilakukan terus menerus sehingga sampah hijau
yang semula dibuang bisa jadi bahan kompos dan rumah menjadi bersih.
Setiap
hari kita akan menabung kompos dari sampah rumah tangga sendiri sehingga sampah
hijau tidak perlu dibuang sampai ke luar rumah. Kalau hal itu dilakukan secara
rutin maka lingkungan rumah sekitar kita menjadi bersih. Cacahan sampah itu
tidak akan menimbulkan aroma yang menyengat asal kita rajin mengaduk setiap dua
hari sekali. Jangan mencampurkan sampah yang mengandung minyak karena
menghambat kegiatan fermentasi.
Produk
kompos buatan sendiri itu dimanfaatkan sebagai media tanam sayuran atau tanaman
hias. Hasil tanaman sayuran benar-benar organik, dan hasilnya bisa dinikmati
seluruh anggota keluarga. Kita bisa belajar hidup bersih sekaligus memanfaatkan
sampah organik menjadi kompos. Paling tidak rumah menjadi bersih, lingkungan
menjadi asri dengan aneka tanaman di pot atau polybag dan produk sayur bisa
dinikmati sendiri. (anton soeparno)