Jumat, 26 Maret 2010

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan 
Ide muncul ketika melihat banyak sampah bekas bungkus makanan ringan dan minuman sachet berserakan di jalan dan sekitar rumah. Ada bekas bungkus chiki, kacang polo, minuman susu, kopi sampai bungkus sabun bubuk rinso. Sampah plastik bekas bungkus itu berserakan cukup lama sehingga mengganggu keindahan lingkungan. Kalau pun sampah plastik itu dikubur dalam tanah tidak akan mudah terurai dalam waktu singkat.
Tetangga saya Many (panggilan akrab untuk Mama Sony) berjualan kebutuhan sehari-hari mulai dari kopi, teh, makanan ringan, sabun, minyak goreng sampai beras. Melalui negosiasi yang lama, istri saya mengajak Many untuk mengumpulkan bekas bungkus sachet dalam karton bekas. ‘’Coba anak-anak dan siapa saja yang beli makanan ringan diajak agar tidak membuang bungkusnya sembarang, tapi dikumpulkan,’’ ajak istri saya Maria Atiek Suwarni.
Meski agak lama, akhirnya anak-anak mau melakukan anjuran untuk peduli lingkungan yaitu tidak membuang bekas bungkus makanan. Kebiasaan tidak membuang bungkus itu ditiru oleh ibu-ibu yang dilingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mulai dari Many yang pinter merayu anak-anak untuk peduli karena bila ada sampah bekas bungkus di jalan lingkungan, anak itu langsung memasukkan ke dus karton yang tersedia. Bahkan anak itu mengingatkan teman-temannya bila membuang bungkus sembarangan sekaligus memintanya untuk mengumpulkannya.
Pembelajaran untuk melakukan kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan itu menular juga pada Pak Radin yang juga Ketua RT 01. Dia berjualan rokok di Jalan Mesjid dan mengumpulkan bekas bungkus sachet kopi aneka jenis, bungkus permen, dan sabun. Kebiasaan mengumpulkan bekas bungkus sachet itu kian menular kepada keluarga di lingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara. Soalnya, ada yang mengumpulkan bekas bungkus sabun, cairan pel, pewangi baju dan bungkus kopi.
Program peduli lingkungan itu selalu saya sampaikan pada pertemuan selapanan RW IV di
Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
Makin lama mengumpulkan bekas bungkus sachet minuman, sabun atau makanan ringan, makin mengasyikkan. Setelah melalui proses pembersihan dengan dicuci, sachet bungkus itu ternyata merupakan salah satu bahan untuk membuat kerajinan yang menarik. Di antaranya dibuat kantong handphone, dompet coin, dompet untuk menyimpan uang, dompet untuk kartu nama, tas belanja, tas cangklong untuk anak-anak. Bekas kemasan dari plastik dan aluminium foil itu bisa juga dibuat tempat tisu, tempat CD, tempat pensil, dan sebagainya.
Saya dan istri makin giat mempromosikan bahwa bekas bungkus tadi  dapat dimanfaatkan menjadi aneka macam dan meminta untuk dikumpulkan. Saya juga mengajak agar mereka mau memanfaatkan sampah plastik itu untuk mengurangi pencemaran. Selain tidak mudah terurai bila dikubur dalam tanah, jika berserakan akan sangat mengganggu keindahan lingkungan. ‘’Kemana pun pergi saya selalu cerita masalah manfaat bekas bungkus sachet.’’
Saya dan istri juga sering diminta untuk memberi pelatihan pemanfaatan sampah plastic itu. Di antaranya, dari lingkungan PKK Kabupaten Banyumas, Radio Pop FM untuk ditularkan kepada komunitas pendengar radio itu.
DSC01867.jpg
Sejumlah ibu dan remaja putri anggota komunitas Radio Pop FM Purwokerto sedang mengikuti penjelasan Maria Atiek suwarni untuk memanfaatkan limbah bungkus sachet. Mereka sedang mengamati aneka tasa belanja, dompet, tempat pensil, tempat berkas surat.

Kamis, 25 Maret 2010

Skrining Kanker Serviks Metoda IVA

Mengajak kaum wanita untuk mau, tidak malu dan tidak takut periksa IVA semula sering mengalami kendala. Tapi berkat kegigihan bidan-bidan anggota Rotary Community Corps (RCC) Utami, kaum wanita di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah sudah tidak masalah.
Program pencegahan kanker serviks dengan metoda Inspeksi Visual Acetic acid (IVA) dilakukan Rotary Club of Purwokerto sejak tahun 2003. Kegiatan itu dimotori dokter Tonny S Moerdijat SpOG, dan saya ditunjuk sebagai Ketua Program IVA.
Sejak tahun 2003 wanita yang sudah periksa IVA tercatat lebih dari 22.000 orang dan mereka tersebar di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara. Bahkan menyeberang sampai Kabupaten Wonosobo, Jogjakarta, Pekalongan, dan lima kecamatan di Kota Solo.
Program pencegahan kanker serviks ini sangat sederhana, bidan yang sudah dilatih itu hanya melakukan olesan asam cuka 5%, ditunggu beberapa detik. Kalau tidak ditemukan bintik putih ya langsung bisa pulang. Tapi kalau ditemukan kutil (istilah yang disebut dokter Tonny), maka langsung diobati dengan menggunakan coagulator. Disarankan, wanita yang diobati tadi mau periksa satu tahun yang akan datang.
Kegiatan ini menarik, karena yang mengumpulkan wanita yang akan periksa, menyiapkan peralatan, mengatur alur pemeriksaan adalah panitia setempat. Bisa organisasi wanita, organisasi kemasyaraktanan atau lembaga swadaya masyarakat. Tentu saja, mereka yang mau periksa sepakat memberikan kontribusi untuk biaya penyelenggaraan yang besarnya berdasarkan kesepakatan bersama.
Pelayanan IVA di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dilaksanakan pada Minggu, 21 Maret 2010. Wanita yang periksa tercatat 691 orang, sedangkan yang diobati sebanyak 110 orang.
Pelayanan IVA di Kedunbanteng sangat istimewa karena selain dihadiri istri Bupati Banyumas Ny Mardjoko, dihadiri juga Dekan Fakultas Psikologi Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia Dr Fidesrinur didampingi dosen Suwardi dan bu Erika yang mendampingi mahasiswa Retno, Nia dan Uzhi. Mereka melakukan healing konseling terhadap peserta yang sudah diobati dokter Tonny.
Healing konseling itu merupakan kerjasama antara Rotary Club Purwokerto dengan Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.Yaitu, dimana mahasiswa Al Azhar akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) untuk healing konseling.

Keterampilan Membuat Makanan Olahan

Setiap kali belanja informasi dari masyarakat, sering menemukan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki potensi yang membanggakan. Sayangnya, potensi yang mereka miliki belum dimanfaatkan secara optimal, apalagi sudah didukung potensi alam yang melimpah bagi kesejahteraan mereka.

Potensi masyarakat terutama di pedesaan belum dimanfaatkan karena secara umum masyarakat tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mau melakukan apa pun mereka tidak tahu, malah cenderung tidak pernah berusaha untuk mencari tahu.

Sebut saja, potensi ketela pohon bisa menjadi produk makanan olahan yang aneka ragam. Saya dan istri selalu memperkenalkan kelanting millennium yang dibuat dari singkong yang diparut. Mendengar nama millennium saja mereka menjadi penasaran. Ingin tahu bentuknya seperti apa, rasanya bagaimana.

Suatu ketika, saya memberi pelatihan membuat makanan olahan dari singkong kepada sekelompok ibu-ibu anggota Dasa Wisma di Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Pelatihan dimulai dari awal, yaitu proses mengupas, memarut singkong, memeras parutan singkong untuk membuang acinya.

Parutan singkong itu diberi bumbu bawang, garam, tepung tapioka, dan daun bawang merah atau kucai. Selanjutnya, bahan tadi digelar di atas plastik bening dengan kayu penggilas atau botol bekas sirup. Adonan yang tipi situ dikukus di atas dandang selama 5-10 menit. Kemudian dipotong-potong ukuran 2 x 5 cm, bagian ujungnya disambungkan sehingga membentuk cincin. Cincin singkong tadi ditata di nampan bambu (tampah) dan dijemur sampai kering. Kelanting millennium itu siap digoreng dan disajikan sebagai cemilan.

Setelah tahu cara membuat, dan menyajikannya, mereka lantas berkomentar : ‘’O, kalau seperti itu ibu saya pernah membuatnya.’’

Dari komentar itu, kalau dicermati bahwa sebenarnya keterampilan membuat makanan olahan dari singkong sudah dilakukan orangtua kita. Masalahnya, tidak pernah dilakukan lagi malah ditinggalkan, apalagi makin banyaknya aneka produk makanan yang dikemas menarik dengan rasa yang mengundang selera.

Mari kita bersama-sama memberikan informasi kepada masyarakat di pedesaan, termasuk menularkan keterampilan aneka macam. Sehingga mereka bisa melakukannya dengan benar, syukur mereka mendapat informasi bagaimana mengelola keterampilan itu sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Termasuk keterampilan memasarkan suatu produk sehingga ada solusi yang terbaik dalam bidang pemasaran hasilnya.

Anton Soeparno & Atiek Suwarni

Selamat Datang

Media berwujud blog ini sebagai beranda untuk berbagi pengalaman, berbincang santai mengenai hal-hal yang aneka ragam, atau ngobrol masalah keterampilan, kesehatan, lingkungan, pendidikan dan sebagainya. Kami akan senang ada yang berkenan berkunjung saling berbagi informasi, saling membantu, dengan satu tujuan membangun kebersamaan.