Minggu, 31 Januari 2016

Sampah hijau tidak harus dibuang ke luar rumah



Setiap hari sampah yang diproduksi akibat kegiatan manusia sangat beragam dan jumlahnya makin banyak. Di antaranya, sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik yang biasa dijumpai setiap hari di sekitar rumah kita adalah sampah hijau sisa potongan sayur yang dihasilkan bila ibu-ibu menyiapkan makanan untuk keluarga. Seringkali sampah sisa potongan sayur itu dibuang begitu saja dan sering menimbulkan aroma yang kurang sedap. Apalagi kalau dibuang di keranjang sampah dan tersimpan lebih dari 3 hari dan mulai membusuk.
Sebenarnya, sampah dapur sisa potongan sayur itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kompos skala rumah tangga. Kalau Anda punya lahan di halaman bisa dikumpulkan dalam lubang di tanah dan sampah itu dibuang/dikumpulkan di situ. Tapi kalau tidak punya lahan, bisa dikumpulkan dalam keranjang sampah yang bagian bawahnya dialasi tanah/kompos jadi. Sampah dicacah lebih dulu dan diletakkan merata. Keranjang sampah dari bambu itu dibagian pinggirnya secara berkeliling keranjang diberi karton untuk menahan agar tidak ada yang keluar.
Produksi sampah hijau dapur jumlahnya relatif sedikit dan sampah itu harus ditambahkan setiap hari. Bisa juga ditambah dari sampah daun atau kertas bekas yang dipotong kecil-kecil. Makin lama keranjang itu akan penuh. Untuk mengecek apakah proses fermentasi sampah itu berhasil atau tidak, tumpukan sampah itu dipegang. Kalau terasa hangat itu sebagai patokan kalau fermentasinya berhasil. Untuk mempercepat pembuatan kompos, bisa menyemprotkan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang bisa dibuat dari tape.
Caranya, 1 ons tape ketela pohon dimasukkan dalam botol bekas kemasan minuman 1,5 liter, dikocok-kocok. Bila sudah larut tambahkan air sampah penuh dan biarkan selama 4 hari tapi botol tidak boleh ditutup. Jika sudah 4 hari, air tape itu akan menimbulkan aroma alcohol berarti pembuatan MOL berhasil dan siap disemprotkan ke tumpukkan sampah di keranjang.
Selanjutnya, sampah di keranjang itu diaduk setiap 2 hari sekali agar tumpukan sampah itu menjadi dingin dan mendapat oksigen. Tambahkan lagi cacahan sampah hijau sampah penuh. Sebagai indikator kalau proses fermentasi sampah berhasil adalah jika diraba akan terasa hangat.
Kompos siap dimanfaatkan jika sudah berubah warna kehitaman seperti tanah. Sebelum dipakai lebih dulu diayak dan ampasnya bisa digunakan sebagai campuran untuk membuat kompos lagi. Kegiatan itu dilakukan terus menerus sehingga sampah hijau yang semula dibuang bisa jadi bahan kompos dan rumah menjadi bersih.
Setiap hari kita akan menabung kompos dari sampah rumah tangga sendiri sehingga sampah hijau tidak perlu dibuang sampai ke luar rumah. Kalau hal itu dilakukan secara rutin maka lingkungan rumah sekitar kita menjadi bersih. Cacahan sampah itu tidak akan menimbulkan aroma yang menyengat asal kita rajin mengaduk setiap dua hari sekali. Jangan mencampurkan sampah yang mengandung minyak karena menghambat kegiatan fermentasi.
Produk kompos buatan sendiri itu dimanfaatkan sebagai media tanam sayuran atau tanaman hias. Hasil tanaman sayuran benar-benar organik, dan hasilnya bisa dinikmati seluruh anggota keluarga. Kita bisa belajar hidup bersih sekaligus memanfaatkan sampah organik menjadi kompos. Paling tidak rumah menjadi bersih, lingkungan menjadi asri dengan aneka tanaman di pot atau polybag dan produk sayur bisa dinikmati sendiri. (anton soeparno)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar