Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
tempat sharing dan berbagi pengalaman tentang keterampilan, kesehatan dan kepedulian lingkungan
Jumat, 26 Maret 2010
Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan
Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
Kamis, 25 Maret 2010
Skrining Kanker Serviks Metoda IVA
Program pencegahan kanker serviks dengan metoda Inspeksi Visual Acetic acid (IVA) dilakukan Rotary Club of Purwokerto sejak tahun 2003. Kegiatan itu dimotori dokter Tonny S Moerdijat SpOG, dan saya ditunjuk sebagai Ketua Program IVA.
Sejak tahun 2003 wanita yang sudah periksa IVA tercatat lebih dari 22.000 orang dan mereka tersebar di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara. Bahkan menyeberang sampai Kabupaten Wonosobo, Jogjakarta, Pekalongan, dan lima kecamatan di Kota Solo.
Program pencegahan kanker serviks ini sangat sederhana, bidan yang sudah dilatih itu hanya melakukan olesan asam cuka 5%, ditunggu beberapa detik. Kalau tidak ditemukan bintik putih ya langsung bisa pulang. Tapi kalau ditemukan kutil (istilah yang disebut dokter Tonny), maka langsung diobati dengan menggunakan coagulator. Disarankan, wanita yang diobati tadi mau periksa satu tahun yang akan datang.
Kegiatan ini menarik, karena yang mengumpulkan wanita yang akan periksa, menyiapkan peralatan, mengatur alur pemeriksaan adalah panitia setempat. Bisa organisasi wanita, organisasi kemasyaraktanan atau lembaga swadaya masyarakat. Tentu saja, mereka yang mau periksa sepakat memberikan kontribusi untuk biaya penyelenggaraan yang besarnya berdasarkan kesepakatan bersama.
Pelayanan IVA di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dilaksanakan pada Minggu, 21 Maret 2010. Wanita yang periksa tercatat 691 orang, sedangkan yang diobati sebanyak 110 orang.
Pelayanan IVA di Kedunbanteng sangat istimewa karena selain dihadiri istri Bupati Banyumas Ny Mardjoko, dihadiri juga Dekan Fakultas Psikologi Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia Dr Fidesrinur didampingi dosen Suwardi dan bu Erika yang mendampingi mahasiswa Retno, Nia dan Uzhi. Mereka melakukan healing konseling terhadap peserta yang sudah diobati dokter Tonny.
Healing konseling itu merupakan kerjasama antara Rotary Club Purwokerto dengan Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.Yaitu, dimana mahasiswa Al Azhar akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) untuk healing konseling.
Keterampilan Membuat Makanan Olahan
Setiap kali belanja informasi dari masyarakat, sering menemukan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki potensi yang membanggakan. Sayangnya, potensi yang mereka miliki belum dimanfaatkan secara optimal, apalagi sudah didukung potensi alam yang melimpah bagi kesejahteraan mereka.
Potensi masyarakat terutama di pedesaan belum dimanfaatkan karena secara umum masyarakat tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mau melakukan apa pun mereka tidak tahu, malah cenderung tidak pernah berusaha untuk mencari tahu.
Sebut saja, potensi ketela pohon bisa menjadi produk makanan olahan yang aneka ragam. Saya dan istri selalu memperkenalkan kelanting millennium yang dibuat dari singkong yang diparut. Mendengar nama millennium saja mereka menjadi penasaran. Ingin tahu bentuknya seperti apa, rasanya bagaimana.
Suatu ketika, saya memberi pelatihan membuat makanan olahan dari singkong kepada sekelompok ibu-ibu anggota Dasa Wisma di Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Pelatihan dimulai dari awal, yaitu proses mengupas, memarut singkong, memeras parutan singkong untuk membuang acinya.
Parutan singkong itu diberi bumbu bawang, garam, tepung tapioka, dan daun bawang merah atau kucai. Selanjutnya, bahan tadi digelar di atas plastik bening dengan kayu penggilas atau botol bekas sirup. Adonan yang tipi situ dikukus di atas dandang selama 5-10 menit. Kemudian dipotong-potong ukuran 2 x 5 cm, bagian ujungnya disambungkan sehingga membentuk cincin. Cincin singkong tadi ditata di nampan bambu (tampah) dan dijemur sampai kering. Kelanting millennium itu siap digoreng dan disajikan sebagai cemilan.
Setelah tahu cara membuat, dan menyajikannya, mereka lantas berkomentar : ‘’O, kalau seperti itu ibu saya pernah membuatnya.’’
Dari komentar itu, kalau dicermati bahwa sebenarnya keterampilan membuat makanan olahan dari singkong sudah dilakukan orangtua kita. Masalahnya, tidak pernah dilakukan lagi malah ditinggalkan, apalagi makin banyaknya aneka produk makanan yang dikemas menarik dengan rasa yang mengundang selera.
Mari kita bersama-sama memberikan informasi kepada masyarakat di pedesaan, termasuk menularkan keterampilan aneka macam. Sehingga mereka bisa melakukannya dengan benar, syukur mereka mendapat informasi bagaimana mengelola keterampilan itu sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Termasuk keterampilan memasarkan suatu produk sehingga ada solusi yang terbaik dalam bidang pemasaran hasilnya.
Anton Soeparno & Atiek Suwarni
Selamat Datang
Media berwujud blog ini sebagai beranda untuk berbagi pengalaman, berbincang santai mengenai hal-hal yang aneka ragam, atau ngobrol masalah keterampilan, kesehatan, lingkungan, pendidikan dan sebagainya. Kami akan senang ada yang berkenan berkunjung saling berbagi informasi, saling membantu, dengan satu tujuan membangun kebersamaan.