Ide muncul ketika melihat banyak sampah bekas bungkus makanan ringan dan minuman sachet berserakan di jalan dan sekitar rumah. Ada bekas bungkus chiki, kacang polo, minuman susu, kopi sampai bungkus sabun bubuk rinso. Sampah plastik bekas bungkus itu berserakan cukup lama sehingga mengganggu keindahan lingkungan. Kalau pun sampah plastik itu dikubur dalam tanah tidak akan mudah terurai dalam waktu singkat.
Tetangga saya Many (panggilan akrab untuk Mama Sony) berjualan kebutuhan sehari-hari mulai dari kopi, teh, makanan ringan, sabun, minyak goreng sampai beras. Melalui negosiasi yang lama, istri saya mengajak Many untuk mengumpulkan bekas bungkus sachet dalam karton bekas. ‘’Coba anak-anak dan siapa saja yang beli makanan ringan diajak agar tidak membuang bungkusnya sembarang, tapi dikumpulkan,’’ ajak istri saya Maria Atiek Suwarni.
Meski agak lama, akhirnya anak-anak mau melakukan anjuran untuk peduli lingkungan yaitu tidak membuang bekas bungkus makanan. Kebiasaan tidak membuang bungkus itu ditiru oleh ibu-ibu yang dilingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mulai dari Many yang pinter merayu anak-anak untuk peduli karena bila ada sampah bekas bungkus di jalan lingkungan, anak itu langsung memasukkan ke dus karton yang tersedia. Bahkan anak itu mengingatkan teman-temannya bila membuang bungkus sembarangan sekaligus memintanya untuk mengumpulkannya.
Pembelajaran untuk melakukan kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan itu menular juga pada Pak Radin yang juga Ketua RT 01. Dia berjualan rokok di Jalan Mesjid dan mengumpulkan bekas bungkus sachet kopi aneka jenis, bungkus permen, dan sabun. Kebiasaan mengumpulkan bekas bungkus sachet itu kian menular kepada keluarga di lingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara. Soalnya, ada yang mengumpulkan bekas bungkus sabun, cairan pel, pewangi baju dan bungkus kopi.
Program peduli lingkungan itu selalu saya sampaikan pada pertemuan selapanan RW IV di
Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
Makin lama mengumpulkan bekas bungkus sachet minuman, sabun atau makanan ringan, makin mengasyikkan. Setelah melalui proses pembersihan dengan dicuci, sachet bungkus itu ternyata merupakan salah satu bahan untuk membuat kerajinan yang menarik. Di antaranya dibuat kantong handphone, dompet coin, dompet untuk menyimpan uang, dompet untuk kartu nama, tas belanja, tas cangklong untuk anak-anak. Bekas kemasan dari plastik dan aluminium foil itu bisa juga dibuat tempat tisu, tempat CD, tempat pensil, dan sebagainya.
Saya dan istri makin giat mempromosikan bahwa bekas bungkus tadi dapat dimanfaatkan menjadi aneka macam dan meminta untuk dikumpulkan. Saya juga mengajak agar mereka mau memanfaatkan sampah plastik itu untuk mengurangi pencemaran. Selain tidak mudah terurai bila dikubur dalam tanah, jika berserakan akan sangat mengganggu keindahan lingkungan. ‘’Kemana pun pergi saya selalu cerita masalah manfaat bekas bungkus sachet.’’
Saya dan istri juga sering diminta untuk memberi pelatihan pemanfaatan sampah plastic itu. Di antaranya, dari lingkungan PKK Kabupaten Banyumas, Radio Pop FM untuk ditularkan kepada komunitas pendengar radio itu.
Sejumlah ibu dan remaja putri anggota komunitas Radio Pop FM Purwokerto sedang mengikuti penjelasan Maria Atiek suwarni untuk memanfaatkan limbah bungkus sachet. Mereka sedang mengamati aneka tasa belanja, dompet, tempat pensil, tempat berkas surat.
salut pak, tidak banyak org yg mau peduli lingkungan dan Bapak adalah salah satu yg sangat peduli, demi masa depan gnerasi muda kt,, sy sngat mendukung Pak,,
BalasHapus