Warga
belajar Keaksaraan Fungsional (KF) kini sangat beruntung dan wajib bersyukur.
Soalnya, mempunyai kesempatan untuk belajar aneka keterampilan yang bila
ditekuni bisa menambah penghasilan. Keterampilan itu menjadi sarana untuk mempraktikkan kegiatan membaca
sekaligus menulis, dan berhitung.
Sebagai
contoh, belajar membuat kue kering yang bisa dijual menjadi sarana praktik
menulis. Warga belajar harus menulis resep dan mencatat bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat kue. Tutor bisa langsung memeriksa resep yang ditulis
warga belajar satu persatu dan mengoreksinya. Kalau warga belajar sudah bisa
mempraktikkan menulis dengan benar, pasti akan membuat mereka lebih percaya
diri. ‘’Kepercayaan diri akan menjadi pemicu semangat sehingga makin tergerak
hatinya untuk bisa menulis resep dan mencatat bahan kue dengan benar,’’ ungkap
Dewi tutor sekaligus pendamping warga belajar KF di Desa Tambaknegara Kecamatan
Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah.
Tahun
2008
penulis membantu
istri Atiek Suwarni yang memotori Rotary Community Corps (RCC) Hoop-An mendapatkan kepercayaan dari
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ajibarang untuk memberikan ketrampilan membuat
makanan olahan dari ketela pohon. Di antaranya, membuat lanting milenium, stik
singkong serta kue kering. Sasarannya adalah warga belajar KF di 5 kecamatan di
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Yaitu, Kecamatan Ajibarang, Gumelar, Wangon,
Jatilawang dan Kecamatan Rawalo. ‘’Mereka berasal dari beberapa desa dalam satu
wilayah kecamatan,’’ ungkap Drs. Slamet Sularto yang kini bertugas sebagai
Kepala SKB Purwokerto.
Kebersamaan dan Tekun
Pada umumnya warga belajar KF itu mempunyai semangat
belajar yang tinggi, menunjukkan kebersamaan dan kegotongroyongan serta lebih
tekun. Mereka tidak malu bertanya, apalagi keterampilan baca, tulis dan
berhitung langsung dipraktikkan. Selain mencatat bahan, resep dan cara
membuatnya, warga belajar itu juga mencatat alat-alat yang diperlukan. Seusai
pelatihan mereka mendapat bantuan peralatan yang digunakan secara berkelompok.
Mereka juga belajar mengenai pengelolaan keuangan, mencatat belanja bahan baku,
menghitung harga jual sampai juga belajar bagaimana memasarkan hasil produknya.
Penulis juga mengajak warga belajar untuk mencatat kehadiran
waktu praktik membuat produk. Catatan tertulis itu penting apabila sudah
menghitung hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh sehingga ketika
membagi hasil keuntungan sesuai dengan presentase kehadiran. Apabila ada yang
protes mendapat bagian sedikit, kelompok KF bisa menunjukkan absensi
kehadirannya.
Warga belajar KF Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo yang
dibimbing Dewi sampai saat ini masih aktif membuat lanting milenium dengan
aneka rasa. Mereka menjual sendiri produknya, dan ada yang memasarkan kepada
pengunjung wisata Kalibacin dan Bendung Gerak Serayu (BGS). Beberapa di
antaranya, membuka warung makanan dan minuman di wisata air tersebut.
Memberikan keterampilan bagi warga KF ternyata mampu
memberikan motivasi dan semangat untuk berwirausaha. Sebelumnya, mereka merasa
bingung mau melakukan apa agar bisa mendapat penghasilan. Melalui kegiatan
keterampilan itu yang dibarengi dengan pendampingan yang berkelanjutan, warga
KF makin tertantang untuk menekuni keterampilan yang diperolehnya. Manfaat yang
sudah diperoleh, mereka sudah bisa membaca, menulis dan berhitung plus
keterampilan membuat makanan yang bisa dijual.
Menurut penulis, warga KF telah mendapat informasi berupa
keterampilan, kemudian melakukan tindakan dengan membuat produk. Tentu saja
dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan sehingga mereka kreatif dalam
berusaha. Setidaknya, mereka bisa memanfaatkan keterampilan yang dimiliki
sebagai salah satu kegiatan untuk mendapaatkan penghasilan. Selamat kepada
ibu-ibu warga belajar Keaksaraan Fungsional (KF).
Dalam menularkan keterampilan kepada kaum perempuan,
penulis dan istri pada tahun 2007 pernah bekerjasama dengan Tim Pendidikan Luar
Sekolah (PLS) Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Yaitu,
memberikan keterampilan membuat kacang molen dan stik singkong di Kecamatan
Karanglewas, Sumbang, Purwokerto Timur, Purwokerto Barat, dan Kecamatan
Kedungbanteng.
Tahun 2009 RCC Hoo-An yang lebih memfokuskan memberikan
keterampilan bagi kaum perempuan, juga bekerjasama dengan PNPM Desa Dermaji
Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Yaitu, memberikan keterampilan membuat
kacang molen, stik singkong dan lanting milenium bagi anggota PKK desa itu.
Peserta yang mengikuti keterampilan sekitar 60 orang.
Manfaat yang diperoleh penulis dan istri adalah bertambah
sahabat yang berasal dari desa. Bahkan setiap kali datang bersilaturahmi akan
disambut dengan akrab. Tali silaturahmi makin berlanjut, ketika penulis bersama
dr. Tonny S Moerdijat SpOG yang anggota Rotary Club of Purwokerto mengadakan upaya
pencegahan kanker serviks dengan tim skrining RCC Utami yang anggota
bidan-bidan. (Anton Soeparno)
Warga belajar mendengarkan informasi rencana pelatihan |
Membuat kacang molen |
Menggulung kacang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar