Uskup Purwokerto Mgr. Julianus Sunarko meminta agar saya dan istri
memberikan keterampilan kepada Opa dan Oma yang tinggal di Panti Wreda Catur
Nugraha Kaliori, Banyumas, Jawa Tengah.
Keraguan
untuk memberikan keterampilan kepada warga lanjut usia ini menjadi sirna ketika
menemui Suster In pimpinan panti wreda tersebut. Beliau sangat dekat dengan opa
dan oma serta senantiasa memberi semangat yang inovatif.
Para lanjut usia yang sering
dipanggil dengan sebutan warga usia lanjut yang menghuni panti wreda di Desa
Kaligori Banyumas ini memiliki berbagai latar belakang keluarga. Ada yang
memang dititipkan keluarganya, ada yang tidak mempunyai keluarga, tapi ada juga
yang meminta untuk tinggal di panti wreda karena merasa kesepian.
Berangkat dari bekal yang miliki
dan didukung semangat ibu-ibu dari Lingkungan 4 Santo Agustinus Purwokerto kami
berkomunikasi dengan opa dan oma. Kami mengajak mereka agar tetap melakukan
aktivitas gerakan olah raga yang paling ringan dengan posisi santai. Yaitu,
menggenggam tangan, menahan beberapa detik kemudian membuka jari-jari. Latihan
gerakan jari ini dilanjutkan dengan kertas koran.
Mereka diajak untuk melampiaskan
kekesalan dengan meremas potongan kertas koran. Gerakan meremas kertas ini membuat
potongan kertas koran ini menjadi kusut dan lemas. Selanjutnya, kertas koran
yang disobek memanjang ini dipilin-pilin sesuai kemampuan masing-masing opa dan
oma sehingga menjadi seutas tali. Hasilnya, ada yang memilin besar, kecil
bahkan tidak beraturan.
Tiga utas tali kertas koran ini
menjadi bahan bagi kepang. Ternyata jari opa dan oma ini masih mampu membuat
kepang seperti ketika kita mengepang rambut. Nah, jadilah kepang kertas koran
ini untuk bahan membuat hiasan.
Latihan gerakan jari ini
dilanjutkan dengan melinting kertas seperti membuat melinting rokok tapi sampai
pada lintingan yang paling kecil. Alat bantunya adalah tusuk sate. Alhasil,
para opa dan oma ini masih mampu membuat lintingan meski hasil lintingan sangat
beragam, mulai dari yang kecil dan besar, rapi, tidak beraturan. Agar tidak
lepas terurai, opa dan oma diminta untuk mengelem lintingan dengan lem kayu dan
terkumpul kepang dan lintingan koran.
Selanjutnya, kepang dan lintingan
kertas koran ini menjadi bahan baku utama kerajinan dari limbah koran. Mereka
tidak merangkai sendiri tapi para asisten yang menjadi pendamping opa dan oma
ini yang akan membuat kerajinan berupa hiasan, pigura, tempat tisu, tempat
pensil dan sebagainya.
Kerja bareng ini menjadi sesuatu
yang bermanfaat bagi opa dan oma dengan melatih gerakan jari untuk melinting
dan mengepang kertas koran. Sedangkan para asisten akan merangkai hasil karya
opa dan oma menjadi bahan kerajinan. Setidaknya, opa dan oma ini melatih syaraf
jari agar tetap bergerak tidak kaku.
Program latihan gerak jari ini
harus berkelanjutan yang bisa menghasilkan kerajinan karya opa dan oma.
Artinya, mereka masih bisa berkarya dan bermanfaat serta bisa melakukan sesuatu
agar tidak jenuh selama tinggal di panti wreda. Tetap semangat ya opa dan oma
di Panti Wreda Catur Nugraha, Kaliori Banyumas yang tercatat 58 orang. (Anton
Soeparno)
Opa dan Oma di Panti Wreda Catur Nugraha
Meremas kertas koran
Oma lebih telaten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar