Rabu, 10 November 2010

Menyehatkan Perempuan di Lingkungan Lanud Sugiri Sukani Majalengka

Bidan anggota RCC Utami menyanyikan lagu Sungai Serayu dihadapan anggota Rotary Club Cirebon dan Pia Ardhya Garini Lanud Sugiri Sukani Majalengka
Foto bareng bidan Lanud Sugiri Sukani Majalengka
Menunggu dibawah tenda seperti yang dipakai pengungsi Merapi
Anak mewarna gambar sementara ibunya periksa IVA
Mereka yang diobati wajib konseling dengan tim Al Azhar Indonesia Jakarta


Hari Minggu, 31 Oktober 2010, suasana di lingkungan Lanud Sugiri Sukani Majalengka berubah meriah. Ada dua tenda yang biasa dipakai pengungsi dan satu parasut berubah menjadi tenda. Sementara ibu-ibu mendaftar dan antre untuk periksa IVA yang digelar PIA Ardya Garini yang bekerjasama dengan Rotary Club Purwokerto, Rotary Community Corps (RCC) Utami dan Rotary Club Cirebon. Mereka berasal dari beberapa desa di Kabupaten Majalengka setelah mendengar manfaat periksa IVA yang dilakukan bidan-bidan anggota RCC Utami dari Purwokerto.

Sebelum periksa, mereka harus mendaftar ulang agar mendapat nomor panggil. Mereka dipanggil dan sebelum masuk ruang periksa, harus ke toilet mengosongkan air kemih dan memakai kain sarung. Ketika diperiksa bidan dan tidak ditemukan ‘’kutil’’ bisa langsung pulang. Namun jika ditemukan ‘’kutil’’ harus diobati oleh dokter Tonny S Moerdijat SpOG sebagai penanggungjawab media kegiatan IVA dari RC Purwokerto.

Selesai diobati, mereka juga tidak boleh buru-buru pulang karena harus menjalani konseling yang diberikan mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta. Mahasiswa itu senantiasa bekerjasama dengan Rotary Club Purwokerto untuk konseling agar peserta yang ditemukan ‘’kutil’’ tidak cemas, takut, dan was-was.

Ketua PIA Ardhya Garini Lanud Sugiri Sukani Ny Alvita Hanadayani Suwito mempunyai keinginan untuk mengadakan pencegahan kanker serviks di lingkungan Lanud Majalengka. Namun dokter Tonny S Moerdijat SpOG meminta agar PIA mengajak serta Rotary Club Cirebon, dan kegiatan itu juga bekerjasama dengan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta.

Tim IVA RC Purwokerto dan RCC Utami yang diketuai Anton Soeparno, berangkat hari Sabtu 30 November 2010 dengan tiga kendaraan membawa 18 orang. Sedangkan tim Al Azhar yang jumlahnya 14 orang naik kereta menuju Cirebon. Kedua tim bertemu di Mess TNI AU di Penggung pukul 16.00.

Sabtu malam kedua tim bertemu dengan anggota Rotary Club Cirebon dan PIA Lanud Sugiri Sukani di Hotel Intan Jalan Pangeran Drajat. Dalam kesempatan itu diadakan fellowship yang diawali makan malam, dilanjutkan penampilan bidan RCC Utami menyanyikan lagu Mother, Sungai Serayu, RCC Utami dan Ibu Pertiwi. 

Dalam kesempatan itu dokter Tonny menjelaskan sekilas kanker serviks yang bisa dicegah dengan Inspeksi Visual Acetic acid (IVA) yang sudah dilakukan sejak tahun 2003. Gerakan pencegahan kanker serviks ini harus dilakukan dengan kemitraan melalui kerjasama Rotary Club di District 3400.

Mereka yang diperiksa tercatat 626 orang dan yang ditemukan ‘’kutil’’ tercatat 88 orang dan langsung diobati oleh dokter Tonny S Moerdijat SpOG. Mereka juga mengikuti konseling sehingga ketika pulang sudah tidak merasa cemas, tidak takut lagi.

Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa Universitas Al Azhar jurusan pendidikan anak usia dini (PAUD) menggelar  kegiatan mewarna bagi anak-anak yang ikut ibunya periksa IVA. Mereka juga diajak bermain bola, diberi dongeng sambil mengajak mereka untuk diskusi.

Kegiatan pelayanan skrining kanker serviks di Lanud Sugiri Sukani selesai pukul 15.30, dan tim IVA RC Purwokerto dan RCC Utami langsung pulang ke Purwokerto. Sedangkan tim Universitas Al Azhar juga pulang naik kereta ke Jakarta agar esok harinya Senin, 1 November 2010 tetap bisa melakukan aktivitasnya di kampus.

Jumat, 15 Oktober 2010

Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia

Ny Kusmiarsih Mardjoko memimpin Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia dan melibatkan Dasa Wisma Kunir RT 2 RW 4 Kelurahan Sokanegara
Anggota DasaWisma Kunir RT 2 RW 4 Kelurahan Sokanegara sedang cuci tangan pakai sabun


Kelompok Dasa Wisma Kunir RT 2 RW 4 Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah hari Jumat 15 Oktober 2010 diundang khusus untuk Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas Ny Kusmiarsih Mardjoko. Dawis yang diketuai Ny Atiek Suwarni itu diajak Bu Mardjoko dalam acara Gerakan Cuci Tangan Dengan Sabun Sedunia bertempat di Aula PKK Jalan Mesjid Purwokerto. Gerakan itu dihadiri juga Ny Erna Ahmad Husein istri Wakil Bupati Banyumas dan jajaran PKK setempat.
Gerakan cuci tangan itu diawali Ny Kusmiarsih Mardjoko dan diikuti oleh anggota Dasa Wisma Kunir, dan juga undangan yang akan mengikuti pertemuan balita. Meski diwarnai hujan gerimis tapi peringatan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia itu berjalan lancar. Bahkan ada dua siswa Pos PAUD Sokanegara ikut mencuci tangan dibimbing gurunya.
Ny Kusmiarsih Mardjoko mengajak agar gerakan cuci tangan itu disosialisasikan kepada masyarakat di seluruh Kabupaten Banyumas. Sehingga akan bisa mencegah penularan aneka macam penyakit, sehingga gerakan cuci tangan pakai sabun akan menjadi kebiasaan yang bermanfaat. ‘’Gerakan dilakukan secara serentak di berbagai tempat.’’

Selasa, 28 September 2010

Menengok PAUD Kuncup Mekar

Rotary Club Purwokerto dipimpin President Buntoro mengunjungi PAUD KuncupMekar di Desa Kalikidang
Memanfaatkan teras rumah untuk kegiatan PAUD
Bermain air aneka warna

Mencari lokasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kuncup Mekar RW I Desa Kalikidang, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tidak terlalu sulit. Begitu masuk tempat parkir Depo Pelita jaraknya hanya 100 meter.
Sekilas tidak akan menemukan aktivitas kelompok bermain Kuncup Mekar karena berada di bagian belakang rumah Ny Elliya Rosana. Kegiatan  belajarnya pun Selasa, Kamis dan Sabtu. Menempati teras bagian belakang dengan aneka alat peraga edukasi (APE) sederhana tapi bisa mengundang perhatian anak balita. ''Kami baru memiliki alat peraga edikatif luar yang bekas dari PAUD yang sudah mapan,'' ungkap Ny Elliya sekaligus penyelenggara PAUD Kuncup Mekar.
Keberadaan PAUD, lanjut dia, diawali dari keprihatinan terhadap banyaknya anak-anak yang tidak naik kelas. Kemudian kami mengajak ibu-ibu yang peduli pendidikan untuk mengatasi masalah tersebut. Akhirnya, terbentuklah PAUD Kuncup Mekar pada 5 Februari 2009 dan menampung sebnayak 40 anak balita. ‘’Iuran hanya Rp 5.000 per bulan, dan sudah meluluskan dua angkatan agar bisa masuk Taman Kanak-kanak,’’ jelas Ny Elliya yang anggota TNI Angkatan Darat yang bertugas di Korem 071 Wijayakusuma.
Guru Tidak Dibayar
Lima orang ibu yang mengajar di PAUD Kuncup Mekar memang tidak dibayar dan ada yang sarjana pendidikan dan ada juga yang sarjana pertanian serta ibu rumah tangga. Mereka sangat peduli terhadap 49 anak balita. Mereka dibagi dalam beberapa kelompok umur sehingga materi yang diajarkan adalah sangat sederhana. ‘’Yang penting anak-anak berkesempatan untuk bisa bermain mulai dari mengenal warna, memberi warna, atau sekadar bermain tapi mereka tetap diarahkan oleh guru sesuai dengan apa yang diminati.’’
Rotary Club Purwokerto pada Sabtu 25 September 2010 mengadakan kunjungan ke PAUD Kuncup Mekar. Tentu saja dipimpin President Buntoro, ada sekretaris Anton Soeparno, PP. Agus Hardyanto, PP. Ivan Bahtera, dan Rotarian Thomas Linarto. Selain membawa sejumlah makanan tambahan, Rotary Club Purwokerto ingin mengetahui kegiatan kelompok bermain di Desa Kalikidang.
Ternyata, kata President Buntoro, PAUD Kuncup Mekar masih membutuhkan alat peraga edukatif (APE)   luar. Rotary bermaksud membantu APE tersebut setelah disepakati seluruh anggota dan juga akan memberikan keterampilan kepada ibu guru dan orangtua siswa.
Nah, PAUD Kuncup Mekar adalah salah satu kelompok bermain yang masih membutuhkan uluran tangan dari masyarakat. Apalagi tenaga pengajarnya bekerja dengan sukarela dan mereka sangat peduli terhadap pendidikan balita.

Kamis, 23 September 2010

Manfaatkan Waktu Luang dengan Membaca

Ibu-ibu yang mau periksa IVA memilih buku yang disediakan Mobil Perpustakaan Keliling
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas Ny Kusmiarsih Marjoko (batik kuning) didampingi Ny Erna Husein bergambar dengan Ketua Tim IVA Anton Soeparno (paling kanan)


Menunggu giliran periksa IVA seringkali membosankan, begitu komentar ibu-ibu ketika mengikuti kegiatan pelayanan Inspeksi Visual Acetic acid (IVA) yang diadakan Rotary Club Purwokerto dan bidan-bidan anggota Rotary Community Corps (RCC) Utami kerjasama dengan Tim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas.

Waktu luang itu harus dimanfaatkan dengan hal-hal yang positif. Di antaranya, membaca buku yang disediakan oleh Mobil Perpustakaan Keliling yang parkir di halaman Balai Kelurahan Purwokerto Wetan pada Minggu, 18 Juli 2010 lalu.

Mereka yang meminjam buku ternyata tidak terbatas pada ibu-ibu yang mau periksa IVA. Ada juga anak-anak, remaja dan bapak-bapak yang mengantar istrinya. Bahkan ada juga panitia penyelenggara yang memanfaatkan waktu sambil membaca.

Kegiatan pencegahan kanker serviks kerjasama Tim Penggerak PKK Banyumas yang digelar sejak awal Januari 2010 ternyata mampu meningkatkan kesadaran kaum perempuan. Mereka mendapatkan informasi mengenai pencegahan kanker serviks langsung dari dokter Tonny S Moerdijat SpOG. Selain itu mereka juga bisa membaca buku tentang kanker serviks. ‘’Kami jadi tahu persis menfaat IVA.’’

KetuaTim Penggerak PKK Kabupaten Banyumas Ny Kusmiarsih Mardjoko menjelaskan, selama menunggu giliran periksa banyak ibu-ibu terlihat bengong karena hanya duduk-duduk. Melihat kesempatan luang yang membosankan itu, perlu dimanfaatkan dengan membaca buku. ‘’Kami mengajak serta mobil perpustakaan keliling sehingga ibu-ibu, anak-anak, atau remaja bisa membaca buku di tempat pelayanan dan tidak dipungut biaya.’’

Diharapkan, pengetahuan akan bertambah karena membaca ibarat membuka jendela dunia. Apalagi buku yang disediakan sangat beragam. Mereka juga tidak menjadi bosan sebelum mendapat giliran periksa IVA. ‘’Manfaatkan waktu menunggu giliran untuk membaca agar wawasan kita makin bertambah.’’

Ketua Program IVA Rotary Club Purwokerto Anton Soeparno menjelaskan, gerakan pencegahan kanker serviks dilakukan sejak bulan Mei 2003 dan sampai bulan Agustus 2010 telah memeriksa sebanyak 16.652 orang wanita. ‘’Paling tidak bisa meningkatkan kesadaran kaum perempuan agar mau mencegah kanker serviks dengan periksa IVA.’’

Senin, 30 Agustus 2010

400 Tukang Becak di Kota Purwokerto buka puasa bersama

Darmosuwito (75) tercatat menjadi tukang terlama sejak tahun 1954, menerima penghargaan dari Rotary Club Purwokerto

Rotary Club of Purwokerto untuk kedua kalinya mengadakan buka puasa dengan 400 orang tukang becak di Kota Purwokerto. Kegiatan itu diadakan di pendapa Rumah Dinas Wakil Bupati Banyumas pada hari Minggu, 29 Agustus 2010. Mereka mendapat undangan yang dibagikan secara acak dan diprioritaskan tukang becak yang berada di lingkungan anggota Rotary Club of Purwokerto.

Buka puasa dengan tukang becak ini merupakan  kali ke dua, setelah 13 September 2009 lalu dan mengundang 300 orang tukang becak. Mereka mendapat angpao dan sovenir berupa gelas. Dalam kesempatan itu mereka diminta untuk menyanyikan Padamu Negeri agar mereka tetap ingat kepada Republik Indonesia.

Melalui Wakil Bupati Banyumas, Rotary Club Purwokerto telah memilih tukang yang melakukan profesinya paling lama dan diberikan kepada Darmosuwito dari grumbul Proliman Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan. Dalam usia 75 tahun masih mengayuh becaknya dan dia menjadi tukang  becak sejak tahun 1954.

Wakil Bupati Banyumas Ir Ahmad Husein memberikan sambutan


 Antre sebelum duduk pada buka puasa bersama Rotary Club Purwokerto


Tajil dan makanan dibagikan sebelum buka puasa

Rabu, 09 Juni 2010

Mengajak untuk Menyemaikan Biji Albasia

Siswa SMP Susteran Purwokerto saat menyemaikan bibit Albasia bersama Rotary Club of Purwokerto

Mengajak generasi muda untuk belajar menyemaikan bibit pohon harus dilakukan sejak dini. Seperti yang dilakukan Rotary Club Purwokerto yang mengajak mereka untuk melakukan penyemaian biji Albasia. Mereka dibimbing guru-guru yang dikoordinir oleh guru Biologi. Mereka sudah membawa polibag, pot plastik, berikut tanahnya.
Mereka wajib merawatnya karena bibit pohon albasia itu akan ditanam di salah satu daerah di selatan Kota Purwokerto. Yaitu, sebagai wujud kepedulian siswa untuk mengurangi pemanasan global.
PP Tatang Yulianto telah mengajak Rotary Club di District 3400 untuk menyemaikan bibit albasia guna mengukung Program Sejuta Pohon Rotary. Yaitu, dengan membagikan biji albasia sebanyak 30 kg karena setiap Kg akan menghasilkan 40.000 pohon albasia.

Mengajak Setiap Orang Mau Menanam Pohon

Rumah Makan Pringsewu Grup memberikan bibit pohon gratis kepada pengunjung

Ide menanam pohon sejalan dengan merebaknya isu pemanasan global yang memberikan dampak yang luas. Rumah Makan Pringsewu Grup setiap harinya menghasilkan limbah berupa biji buah-buahan yang setiap hari makin banyak Di antaranya, biji durian dan biji alpokat. Termasuk sampah anorganik bekas bungkus kopi, bumbu masak, dan bekas sachet minuman.
Kalau biji buah itu dibuang tidak memberi manfaat apa-apa, tapi kalau disemaikan akan menghasilkan bibit pohon yang bisa menghasilkan sebuah tanaman buah. Nah, berbekal limbah biji buah yang melimpah itu, pimpinan rumah makan itu Agus Hardyanto yang juga anggota Rotary Club of Purwokerto tergerak untuk mengajak karyawannya menyemaikan biji tersebut.
Hasilnya, bibit buah dan dikemas dalam polibag menarik dan dibagikan secara cuma-cuma kepada pengunjung rumah makan. Ternyata, tawaran untuk menanam pohon buah-buahan mendapatkan sambutan menarik. Jumlah bibit pohon buah yang dibagikan gratis itu sudah cukup banyak terutama melalui outlet rumah makan dibawah naungan Pringsewu Grup.
Di Kota Purwokerto sendiri tercatat ada 4 outlet yaitu Pringgading, Pringsewu Baturraden, Kabayan, Mi Kelinci atau Kupat Tahu.
Bagaimana dengan anda? Kalau anda mulai menyemaikan bibit akan membantu pengurangan pemanasan global. Selamat Mencoba

Peragaan Baju dari Limbah Bungkus


Baju yang dipakai adalah baju yang dibuat dari limbah plastik bekas bungkus agar-agar Kiko. Meski hanya dari limbah, ternyata peragaan busana yang dibawakan siswa Taman Kanak-Kanak di Kota Bandung ini berhasil merebut kejuaraan dan dia mendapat beasiswa.
Gadis mungil ini melenggak-lenggok genit ketika memperagakan baju dari limbah. Dia sangat percaya diri dan ternyata bisa merebut kejuaraan bahkan mendapat beasiswa.
Baju itu dibuat bu Atiek Suwarni yang beralamat di Jalan Mesjid Peguwon No. 621 Purwokerto. Selain menerima pesanan baju limbah, juga melayani pesanan tas belanja, tempat pensil, tempat tisu, kantong hape dan sebagainya.

Baju dari limbah bekas bungkus Kiko

Kartam Penyelamat Tanaman di Kebun Raya Baturraden

Kartam (63) dalam keseharian berada di Kebun Raya Baturrden (KRB) mulai pukul 20.00 sampai pukul 16.00 esok harinya. Dia rela meninggalkan istri dan 12 anaknya yang tinggal di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Jarak dari rumahnya memang agak jauh sekitar 7 kilometer.
Kecintaan kepada alam di hutan di kaki Gunung Slamet ini dimulai ketika dia bekerja sebagai pekerja honorer di RPH Baturraden yang masuk pengawasan Asper Gunung Slamet Barat. Dia bekerja sejak tahun 1968 dan pensiun tahun 2003 dengan uang pensiun sebesar Rp 1.500.000 per bulan.
Meski sudah pensiun, dia masih cinta terhadap alam di kaki Gunung Slamet dan ketika Kebun Raya Baturraden dibuka, dia langsung menawarkan diri sebagai pekerja. Dia rela sebagai pekerja honorer karena saking cintanya terhadap keutuhan tanaman di kawasan kebun raya. ''Kula pancen kadung seneng nyambut damel teng wana,'' (Saya sudah terlanjur cinta bekerja di hutan).
Dalam usia senja dia tampak lebih sehat karena setiap hari berkeliling kebun raya untuk mengecek tanaman yang ada. Merawat tanaman yang sedang dipersiapkan untuk menambah koleksi tanaman. Termasuk juga menjaga kebersihan lingkungan kantor kebun raya bersama beberapa pekerja lain.
Dia makin mengenal semua jenis tanaman yang tumbuh di kebun yang luasnya 140 hektar, walau tidak hafal nama latin tanaman itu. Dia hanya hafal nama lokal tanaman tersebut, termasuk nama-nama tanaman obat yang ada berada di depan kantor Kebun Raya.

                                Kartam yang berkaos merah selalu berada di Kebun Raya Baturraden

Foto Kegiatan IVA di RSI Purwokerto

Kegiatan Skrining IVA di RSI Purwokerto

Hari Minggu, 6 Juni 2010 banyak wanita berkumpul di Rumah Sakit Islam Purwokerto. Mereka tidak demo tapi berkumpul untuk mengikuti deteksi dini prakanker serviks yang diadakan PKK Kecamatan Purwokerto Barat bekerjasama dengan Rotary Club Purwokerto dan bidan Rotary Community Corps (RCC) Utami.
Kegiatan pelayanan kesehatan itu merupakan wujud kerjasama antara Rotary Club Purwokerto dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan keluarga (PKK) Kabupaten Banyumas. Yaitu, untuk melakukan pemeriksaan tes IVA untuk pencegahan kanker serviks. Program itu dimotori dokter Tonny S Moerdijat SpOG yang telah melatih bidan dan perawat di Kota Purwokerto kemudian membentuk wadah RCC Utami.
Dari kegiatan itu tercatat ada 277 orang wanita yang diperiksa dengan olesan asam cuka 5%. Hasilnya ada 36 wanita yang ditemukan kutil tapi mereka langsung diobati oleh dokter Tonny dengan coagulator. ‘’Setelah diobati akan sembuh secara alami dalam waktu enam minggu asalkan tetap menjaga asupan makanan yang bergizi,’’ jelas dr Tonny.
Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Purwokerto Barat Ny Agus Nur menjelaskan, untuk mengajak wanita untuk periksa IVA memang agak susah karena mereka merasa malu dan takut. Tapi melalui pendekatan jemput bola dalam pertemuan dasa wisma, pertemuan PKK RT dan RW atau kegiatan pengajian, akhirnya mereka mau periksa. ‘’Kami akan mengadakan lagi setiap tahun sehingga wanita di Kecamatan Purwokerto Barat menjadi sehat.’’
Ketua Program IVA Rotary Club Purwokerto Anton Soeparno menjelaskan, deteksi dini prakanker serviks ini dilakukan sejak tahun 2003 dan telah memeriksa lebih dari 25.000 orang wanita yang tersebar di Jawa Tengah. Mulai dari Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Solo, Pekalongan, Jogjakarta dan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Kegiatan itu akan terus dilakukan dan hanya akan dilakukan pada hari Minggu sehingga tidak akan mengganggu kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun di puskesmas yang ada. Tim bidan dan perawat adalah relawan yang sangat peduli terhadap kesehatan wanita.

Kamis, 08 April 2010

Memanfaatkan Limbah Sachet Bungkus Minuman

Kader PKK Belajar.jpg
Ibu-ibu anggota PKK Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas sedang praktik membuat aneka kerajinan dari bekas bungkus sachet minuman.

Memanfaatkan limbah sachet bungkus minuman

Sekitar 30 orang ibu-ibu anggota PKK Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada Kamis, 25 Maret 2010 lalu berkumpul di Balai Kelurahan Pangrukti Praja. Mereka datang membawa sachet bekas bungkus minuman kopi, dan makanan ringan. Tersedia 4 (empat) mesin jahit untuk praktik membuat aneka kerajinan dari limbah plastik tersebut. Mereka akan belajar membuat kerajinan dari limbah sachet bekas bungkus dengan pelatih Maria Atiek Suwarni.
‘Ini menjadi ajang kegiatan pelatihan bagi kader PKK se Kelurahan Sokanegara,’’ tutur Ny Indra Syamsu istri Lurah Sokanegara.
Ide itu, lanjut dia, muncul karena banyak ibu-ibu memiliki potensi membuat kerajinan namun belum tahu kalau sachet bekas bungkus minuman itu bisa dibuat menjadi tas, kantong handphone, tas belanja, tempat tisu dan sebagainya. ‘’Kebetulan Bu Atiek adalah warga R IV yang sering memberikan keterampilan kepada wanita.’’
Meski hanya paruh waktu, ibu-ibu kader PKK itu langsung praktik menjahit untuk membuat panel dari bekas bungkus. Yaitu, menggabungkannya menjadi bahan dasar berupa panel. Kemudian memotong panel itu untuk dompet, kantong handphone, atau dompet koin.
Awalnya kesulitan menjahit bungkus-bungkus yang aneka ragam ukurannya. Ukurannya dibuat seragam, kemudian di desain sesuai gambar yang ada sehingga setelah dijahit akan menghasilkan corak yang menarik.
DSC00566.jpg

Jumat, 26 Maret 2010

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan 
Ide muncul ketika melihat banyak sampah bekas bungkus makanan ringan dan minuman sachet berserakan di jalan dan sekitar rumah. Ada bekas bungkus chiki, kacang polo, minuman susu, kopi sampai bungkus sabun bubuk rinso. Sampah plastik bekas bungkus itu berserakan cukup lama sehingga mengganggu keindahan lingkungan. Kalau pun sampah plastik itu dikubur dalam tanah tidak akan mudah terurai dalam waktu singkat.
Tetangga saya Many (panggilan akrab untuk Mama Sony) berjualan kebutuhan sehari-hari mulai dari kopi, teh, makanan ringan, sabun, minyak goreng sampai beras. Melalui negosiasi yang lama, istri saya mengajak Many untuk mengumpulkan bekas bungkus sachet dalam karton bekas. ‘’Coba anak-anak dan siapa saja yang beli makanan ringan diajak agar tidak membuang bungkusnya sembarang, tapi dikumpulkan,’’ ajak istri saya Maria Atiek Suwarni.
Meski agak lama, akhirnya anak-anak mau melakukan anjuran untuk peduli lingkungan yaitu tidak membuang bekas bungkus makanan. Kebiasaan tidak membuang bungkus itu ditiru oleh ibu-ibu yang dilingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Mulai dari Many yang pinter merayu anak-anak untuk peduli karena bila ada sampah bekas bungkus di jalan lingkungan, anak itu langsung memasukkan ke dus karton yang tersedia. Bahkan anak itu mengingatkan teman-temannya bila membuang bungkus sembarangan sekaligus memintanya untuk mengumpulkannya.
Pembelajaran untuk melakukan kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan itu menular juga pada Pak Radin yang juga Ketua RT 01. Dia berjualan rokok di Jalan Mesjid dan mengumpulkan bekas bungkus sachet kopi aneka jenis, bungkus permen, dan sabun. Kebiasaan mengumpulkan bekas bungkus sachet itu kian menular kepada keluarga di lingkungan RW IV Kelurahan Sokanegara. Soalnya, ada yang mengumpulkan bekas bungkus sabun, cairan pel, pewangi baju dan bungkus kopi.
Program peduli lingkungan itu selalu saya sampaikan pada pertemuan selapanan RW IV di
Aula Al Irsyad Jalan Ragasemangsang setiap minggu kedua. Saya juga membawa contoh produk dari bekas bungkus sachet berupa tas belanja, dompet, kantong handphone, dompet koin, map untuk menyimpan berkas.
Makin lama mengumpulkan bekas bungkus sachet minuman, sabun atau makanan ringan, makin mengasyikkan. Setelah melalui proses pembersihan dengan dicuci, sachet bungkus itu ternyata merupakan salah satu bahan untuk membuat kerajinan yang menarik. Di antaranya dibuat kantong handphone, dompet coin, dompet untuk menyimpan uang, dompet untuk kartu nama, tas belanja, tas cangklong untuk anak-anak. Bekas kemasan dari plastik dan aluminium foil itu bisa juga dibuat tempat tisu, tempat CD, tempat pensil, dan sebagainya.
Saya dan istri makin giat mempromosikan bahwa bekas bungkus tadi  dapat dimanfaatkan menjadi aneka macam dan meminta untuk dikumpulkan. Saya juga mengajak agar mereka mau memanfaatkan sampah plastik itu untuk mengurangi pencemaran. Selain tidak mudah terurai bila dikubur dalam tanah, jika berserakan akan sangat mengganggu keindahan lingkungan. ‘’Kemana pun pergi saya selalu cerita masalah manfaat bekas bungkus sachet.’’
Saya dan istri juga sering diminta untuk memberi pelatihan pemanfaatan sampah plastic itu. Di antaranya, dari lingkungan PKK Kabupaten Banyumas, Radio Pop FM untuk ditularkan kepada komunitas pendengar radio itu.
DSC01867.jpg
Sejumlah ibu dan remaja putri anggota komunitas Radio Pop FM Purwokerto sedang mengikuti penjelasan Maria Atiek suwarni untuk memanfaatkan limbah bungkus sachet. Mereka sedang mengamati aneka tasa belanja, dompet, tempat pensil, tempat berkas surat.

Kamis, 25 Maret 2010

Skrining Kanker Serviks Metoda IVA

Mengajak kaum wanita untuk mau, tidak malu dan tidak takut periksa IVA semula sering mengalami kendala. Tapi berkat kegigihan bidan-bidan anggota Rotary Community Corps (RCC) Utami, kaum wanita di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah sudah tidak masalah.
Program pencegahan kanker serviks dengan metoda Inspeksi Visual Acetic acid (IVA) dilakukan Rotary Club of Purwokerto sejak tahun 2003. Kegiatan itu dimotori dokter Tonny S Moerdijat SpOG, dan saya ditunjuk sebagai Ketua Program IVA.
Sejak tahun 2003 wanita yang sudah periksa IVA tercatat lebih dari 22.000 orang dan mereka tersebar di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara. Bahkan menyeberang sampai Kabupaten Wonosobo, Jogjakarta, Pekalongan, dan lima kecamatan di Kota Solo.
Program pencegahan kanker serviks ini sangat sederhana, bidan yang sudah dilatih itu hanya melakukan olesan asam cuka 5%, ditunggu beberapa detik. Kalau tidak ditemukan bintik putih ya langsung bisa pulang. Tapi kalau ditemukan kutil (istilah yang disebut dokter Tonny), maka langsung diobati dengan menggunakan coagulator. Disarankan, wanita yang diobati tadi mau periksa satu tahun yang akan datang.
Kegiatan ini menarik, karena yang mengumpulkan wanita yang akan periksa, menyiapkan peralatan, mengatur alur pemeriksaan adalah panitia setempat. Bisa organisasi wanita, organisasi kemasyaraktanan atau lembaga swadaya masyarakat. Tentu saja, mereka yang mau periksa sepakat memberikan kontribusi untuk biaya penyelenggaraan yang besarnya berdasarkan kesepakatan bersama.
Pelayanan IVA di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas dilaksanakan pada Minggu, 21 Maret 2010. Wanita yang periksa tercatat 691 orang, sedangkan yang diobati sebanyak 110 orang.
Pelayanan IVA di Kedunbanteng sangat istimewa karena selain dihadiri istri Bupati Banyumas Ny Mardjoko, dihadiri juga Dekan Fakultas Psikologi Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia Dr Fidesrinur didampingi dosen Suwardi dan bu Erika yang mendampingi mahasiswa Retno, Nia dan Uzhi. Mereka melakukan healing konseling terhadap peserta yang sudah diobati dokter Tonny.
Healing konseling itu merupakan kerjasama antara Rotary Club Purwokerto dengan Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.Yaitu, dimana mahasiswa Al Azhar akan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) untuk healing konseling.

Keterampilan Membuat Makanan Olahan

Setiap kali belanja informasi dari masyarakat, sering menemukan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki potensi yang membanggakan. Sayangnya, potensi yang mereka miliki belum dimanfaatkan secara optimal, apalagi sudah didukung potensi alam yang melimpah bagi kesejahteraan mereka.

Potensi masyarakat terutama di pedesaan belum dimanfaatkan karena secara umum masyarakat tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mau melakukan apa pun mereka tidak tahu, malah cenderung tidak pernah berusaha untuk mencari tahu.

Sebut saja, potensi ketela pohon bisa menjadi produk makanan olahan yang aneka ragam. Saya dan istri selalu memperkenalkan kelanting millennium yang dibuat dari singkong yang diparut. Mendengar nama millennium saja mereka menjadi penasaran. Ingin tahu bentuknya seperti apa, rasanya bagaimana.

Suatu ketika, saya memberi pelatihan membuat makanan olahan dari singkong kepada sekelompok ibu-ibu anggota Dasa Wisma di Desa Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Pelatihan dimulai dari awal, yaitu proses mengupas, memarut singkong, memeras parutan singkong untuk membuang acinya.

Parutan singkong itu diberi bumbu bawang, garam, tepung tapioka, dan daun bawang merah atau kucai. Selanjutnya, bahan tadi digelar di atas plastik bening dengan kayu penggilas atau botol bekas sirup. Adonan yang tipi situ dikukus di atas dandang selama 5-10 menit. Kemudian dipotong-potong ukuran 2 x 5 cm, bagian ujungnya disambungkan sehingga membentuk cincin. Cincin singkong tadi ditata di nampan bambu (tampah) dan dijemur sampai kering. Kelanting millennium itu siap digoreng dan disajikan sebagai cemilan.

Setelah tahu cara membuat, dan menyajikannya, mereka lantas berkomentar : ‘’O, kalau seperti itu ibu saya pernah membuatnya.’’

Dari komentar itu, kalau dicermati bahwa sebenarnya keterampilan membuat makanan olahan dari singkong sudah dilakukan orangtua kita. Masalahnya, tidak pernah dilakukan lagi malah ditinggalkan, apalagi makin banyaknya aneka produk makanan yang dikemas menarik dengan rasa yang mengundang selera.

Mari kita bersama-sama memberikan informasi kepada masyarakat di pedesaan, termasuk menularkan keterampilan aneka macam. Sehingga mereka bisa melakukannya dengan benar, syukur mereka mendapat informasi bagaimana mengelola keterampilan itu sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan penghasilan. Termasuk keterampilan memasarkan suatu produk sehingga ada solusi yang terbaik dalam bidang pemasaran hasilnya.

Anton Soeparno & Atiek Suwarni

Selamat Datang

Media berwujud blog ini sebagai beranda untuk berbagi pengalaman, berbincang santai mengenai hal-hal yang aneka ragam, atau ngobrol masalah keterampilan, kesehatan, lingkungan, pendidikan dan sebagainya. Kami akan senang ada yang berkenan berkunjung saling berbagi informasi, saling membantu, dengan satu tujuan membangun kebersamaan.