Kamis, 04 Desember 2014

Doa dan Usaha

Doa dan Usaha Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Dikisahkan, ada seorang pemuda sedang naik sepeda motor di jalan raya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Dengan segera ditepikan sepeda motornya untuk berteduh di emper sebuah toko. Dia pun membuka helm yang dikenakan dan segera perhatiannya tercurah pada langit di atas yang berlapis awan kelabu. Sambil menggigil kedinginan, bibirnya tampak berkomat-kamit melantunkan doa, “Tuhan, tolong hentikan hujan yang kau kirim ini. Engkau tahu, saya sedang didesak keadaan harus segera tiba di tempat tujuan. Please Tuhan…, please… Tolong dengarkan doa hambamu ini.” Dan tak lama kemudian tiba-tiba hujan berhenti dan segera si pemuda melanjutkan perjalanannya sambil mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mendengar dan mengabulkan doanya.

Di waktu yang berbeda, di cuaca yang masih tidak menentu, lagi-lagi hujan turun cukup deras dan kembali si pemuda berdoa memohon Tuhan menghentikan hujan. Tetapi kali ini hujan tidak berhenti bahkan semakin deras mengguyur bumi. Di tengah menunggu berhentinya hujan, si pemuda sadar, dia harus berupaya menemukan dan membeli jas hujan untuk mengantisipasi saat berkendaraan di tengah hujan. Kali ini, walaupun terlambat, dia belajar sesuatu hal yakni ada saatnya mengucap doa tetapi juga harus disertai dengan usaha yaitu menyiapkan jas hujan.

Suatu hari, di waktu yang
... baca selengkapnya di Doa dan Usaha Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Jumat, 28 November 2014

Tak Menulis Apa-Apa

Tak Menulis Apa-Apa Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

… coba saja lihat baik-baik didaftar penulis-penulis buku terkenal namamu tak tercatat bukan prestasi yang kau tak punya bukan kurang kekayaan harta benda bukan pula tiadanya pengetahuan dan pengalaman masalahnya hanya satu saja seperti masa-masa sebelumnya tahun ini pun kau tak menulis apa-apa …

Puisi asal-asalan itu pernah saya buat untuk menyemangati diri menulis lagi. Sebab salah satu identitas diri saya adalah “penulis”, orang yang meluangkan waktu untuk menulis; menyebabkan lahirnya karya tulis. Jadi, kalau ada tahun yang berlalu tanpa satu karya pun diterbitkan, maka saya harus menyindir diri sendiri untuk kembali ke jalan yang benar hehehe.

Wahai orang-orang hebat luar biasa; wahai orang-orang kaya raya; wahai kaum cerdik cendikia Indonesia; menulislah, berbagilah, jangan simpan pengetahuan dan pengalaman Anda untuk dibawa mati.

Anda sudah saya peringatkan. Selanjutnya terserah Anda!

* Andrias Harefa, Penulis 35 Buku Best-Seller. Info pelatihan penulis telepon 021-460 5757: 0815 8963 889; www.andriasharefa.com


... baca selengkapnya di Tak Menulis Apa-Apa Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Rabu, 05 November 2014

Minat Menanam Sayur Makin Diminati



Virus yang menyebarkan upaya budidaya sayur di polybag di Kota Purwokerto makin marak. Upaya tersebut dilakukan kelompok masyarakat, termasuk Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Banyumas. Hal serupa dilakukan juga Rotary Club of Purwokerto dan komunitas yang peduli lingkungan seperti Omah Keterampilan ‘’Arandita’’. Bahkan Forum Badan Keswadayaan Masyarakat Kabupaten Banyumas pun tidak mau ketinggalan.
Hal tersebut didukung pula Pemerintah Kabupaten Banyumas yang memfasilitasi pembentukan Kelompok Wanita Tani di tingkat kelurahan dan desa. Diawali dengan pelatihan seperti membuat kompos untuk media tanam, menyemai aneka bibit sayur, manajemen sampai kepada pemasaran bibit sayur. ‘’Program tersebut untuk mendukung ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Banyumas,’’ ungkap Didik Yuwanto yang juga anggota Kelompok Kerja 3 TP PKK Kabupaten Banyumas.
Menanam sayur tidak harus di lahan yang luas, lahan yang terbatas pun bisa. Yaitu, menggunakan pot, polybag, atau bekas kemasan minyak goreng. Ada juga yang memanfaatkan kaleng bekas tempat kue. Sedang sayur yang ditanam aneka ragam ada selada, tomat, bunga kol, terong, cabai rawit, dan sebagainya.
Sekretariat TP PKK Kabupaten Banyumas yang kini menempati rumah dinas di Jl. Telpon No. 3 Purwokerto tidak luput dihiasi dengan aneka tanaman sayur di polybag. Di antaranya, di teras depan, kebun belakang sehingga menambah asri sekretariat itu. Kelompok Kerja 3 (Pokja) paling gencar menularkan budidaya sayur di lahan sempit. (Anton Soeparno)

 Hiasan teras dari tanaman sayur

Cabai rawit dan selada

Sayur di polybag jadi percontohan

Sabtu, 01 November 2014

Warga Usia Lanjut Melatih Gerak Jari sebagai olah raga ringan



Uskup Purwokerto Mgr.  Julianus Sunarko meminta agar saya dan istri memberikan keterampilan kepada Opa dan Oma yang tinggal di Panti Wreda Catur Nugraha Kaliori, Banyumas, Jawa Tengah.
Keraguan untuk memberikan keterampilan kepada warga lanjut usia ini menjadi sirna ketika menemui Suster In pimpinan panti wreda tersebut. Beliau sangat dekat dengan opa dan oma serta senantiasa memberi semangat yang inovatif.
Para lanjut usia yang sering dipanggil dengan sebutan warga usia lanjut yang menghuni panti wreda di Desa Kaligori Banyumas ini memiliki berbagai latar belakang keluarga. Ada yang memang dititipkan keluarganya, ada yang tidak mempunyai keluarga, tapi ada juga yang meminta untuk tinggal di panti wreda karena merasa kesepian.
Berangkat dari bekal yang miliki dan didukung semangat ibu-ibu dari Lingkungan 4 Santo Agustinus Purwokerto kami berkomunikasi dengan opa dan oma. Kami mengajak mereka agar tetap melakukan aktivitas gerakan olah raga yang paling ringan dengan posisi santai. Yaitu, menggenggam tangan, menahan beberapa detik kemudian membuka jari-jari. Latihan gerakan jari ini dilanjutkan dengan kertas koran.
Mereka diajak untuk melampiaskan kekesalan dengan meremas potongan kertas koran. Gerakan meremas kertas ini membuat potongan kertas koran ini menjadi kusut dan lemas. Selanjutnya, kertas koran yang disobek memanjang ini dipilin-pilin sesuai kemampuan masing-masing opa dan oma sehingga menjadi seutas tali. Hasilnya, ada yang memilin besar, kecil bahkan tidak beraturan.
Tiga utas tali kertas koran ini menjadi bahan bagi kepang. Ternyata jari opa dan oma ini masih mampu membuat kepang seperti ketika kita mengepang rambut. Nah, jadilah kepang kertas koran ini untuk bahan membuat hiasan.
Latihan gerakan jari ini dilanjutkan dengan melinting kertas seperti membuat melinting rokok tapi sampai pada lintingan yang paling kecil. Alat bantunya adalah tusuk sate. Alhasil, para opa dan oma ini masih mampu membuat lintingan meski hasil lintingan sangat beragam, mulai dari yang kecil dan besar, rapi, tidak beraturan. Agar tidak lepas terurai, opa dan oma diminta untuk mengelem lintingan dengan lem kayu dan terkumpul kepang dan lintingan koran.
Selanjutnya, kepang dan lintingan kertas koran ini menjadi bahan baku utama kerajinan dari limbah koran. Mereka tidak merangkai sendiri tapi para asisten yang menjadi pendamping opa dan oma ini yang akan membuat kerajinan berupa hiasan, pigura, tempat tisu, tempat pensil dan sebagainya.
Kerja bareng ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi opa dan oma dengan melatih gerakan jari untuk melinting dan mengepang kertas koran. Sedangkan para asisten akan merangkai hasil karya opa dan oma menjadi bahan kerajinan. Setidaknya, opa dan oma ini melatih syaraf jari agar tetap bergerak tidak kaku.
Program latihan gerak jari ini harus berkelanjutan yang bisa menghasilkan kerajinan karya opa dan oma. Artinya, mereka masih bisa berkarya dan bermanfaat serta bisa melakukan sesuatu agar tidak jenuh selama tinggal di panti wreda. Tetap semangat ya opa dan oma di Panti Wreda Catur Nugraha, Kaliori Banyumas yang tercatat 58 orang. (Anton Soeparno)

 Opa dan Oma di Panti Wreda Catur Nugraha



Meremas kertas koran
Oma lebih telaten

Selasa, 28 Oktober 2014

Berkreasi dengan limbah bungkus kopi/sachet, kita bisa belajar banyak. Selain memanfaatkan limbah plastik yang tidak mudah hancur, kita dituntut untuk berkreasi memanfaatkan gambar-gambar agar bisa menghasilkan produk yang menarik.
Salah satunya, melipat, menganyam dan mengabungkan anyaman i
tu menjadi dompet koin, atau tas tangan yang menarik. Lewat Omah Keterampilan ''Arandita'' yang beralamat di Jalan Pungkuran 5 Purwokerto, bisa belajar bersama membuat aneka kerajinan dari limbah. Di antaranya, bekas bungkus/sachet kopi, minuman, sabun atau minuman bubuk. Salah satu contohnya, seperti terlihat dalam gambar. (Anton Soeparno)

dompet koin dari bungkus kopi




Selasa, 18 Maret 2014

Oncor-oncor Basmi Demam Berdarah Dengue dan Chikungunya



Kasus penyakit demam berdarah dengue di Kabupaten Banyumas selalu muncul bahkan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang memprihatinkan. Upaya pencegahan sudah dilakukan dengan mengajak masyarakat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Yaitu, melakukan pemantauan jentik nyamuk Aedes Aegypti seminggu sekali.
Rotary Club of Purwokerto mengajak Kader Dasa Wisma/PKK melakukan gerakan PSN karena merupakan upaya yang efektif dan relatif murah untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kini upaya tersebut tidak hanya dilakukan oleh Kader Dawis/PKK tapi melibatkan seluruh anggota keluarga melalui kegiatan oncor-oncor (melihat) bak mandi, tempat yang menampung air seperti dispenser, kulkas, tempat minum burung, tempayan air, kaleng dan botol di pekarangan rumah dan sebagainya.
Wabup dr. Budi S dan Ketua Komite PSN DBD Buntoro(kedua dan ketiga dari kiri)
Kegiatan itu bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Dinas Kesehatan dan Tim Penggerak PKK serta melibatkan organisasi wanita seperti Gabungan Organisasi Wanita (GOW), Persit Kartika Chandra Kirana, Bhayangkari, perguruan tinggi negeri dan swasta. Gerakan  PSN itu digiatkan dan ditingkatkan melalui pencanangan pada 7 Maret 2014 lalu di Desa Purwosari Kecamatan Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah oleh Wakil Bupati dr. Budi Setyawan.
Pencegahan demam berdarah dengue itu dilakukan serentak di 331 desa yang tersebar di 27 kecamatan. Komite PSN DBD yang dimotori Rotary Club of Purwokerto, Rotary Club of Purwokerto Satria dan Rotary Club of Purwokerto Hapsari menggalakkan kembali PSN sejak Desember 2010.
Ketua Komite PSN DBD Buntoro mengajak seluruh warga masyarakat bersama-sama melawan jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan oncor-oncor setiap minggu. Caranya sangat sederhana dengan membawa senter melihat tempat tampungan air. ‘’Nyamuk akan bergerak bila disorot senter dan kegiatan itu dicatat dalam formulir yang sudah disiapkan Dinas Kesehatan dan PKK.’’
 Melihat jentik di dispenser

Wabup dr. Budi Setyawan mengingatkan, oncor-oncor PSN lebih efektif karena mengajak seluruh warga untuk peduli kebersihan lingkungan terutama di lingkungan rumah sendiri. Kegiatan itu akan membiasakan anggota keluarga terlibat melakukan piket seminggu sekali. ‘’Jentik nyamuk dalam 7 hari akan menetas menjadi nyamuk dan bisa menyebarkan virus demam berdarah dengue dan chikungunya.’’
Dia mengatakan,  jika terjadi kasus demam berdarah dengue maka masyarakat akan meminta foging/pengasapan. Padahal foging itu hanya mematikan nyamuk yang hidup dan tidak mematikan telur yang menempel di bak mandi dan tempat-tempat yang menampung air. Bila dibiarkan telur itu akan menetas menjadi nyamuk dan akan menyebarkan virus DBD dan chikungunya. ‘’Mari kita  tingkatkan gerakan PSN dengan menaikkan angka bebas jentik sampai 95 persen.’’ (Anton Soeparno)
 
Pencanangan PSN Cegah DBD dan Chikungunya
Kolam ikan pun dipantau

Rabu, 12 Maret 2014

Belajar Baca Tulis dan Berhitung Plus Keterampilan



Warga belajar Keaksaraan Fungsional (KF) kini sangat beruntung dan wajib bersyukur. Soalnya, mempunyai kesempatan untuk belajar aneka keterampilan yang bila ditekuni bisa menambah penghasilan. Keterampilan itu  menjadi sarana untuk mempraktikkan kegiatan membaca sekaligus menulis, dan berhitung.
Sebagai contoh, belajar membuat kue kering yang bisa dijual menjadi sarana praktik menulis. Warga belajar harus menulis resep dan mencatat bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue. Tutor bisa langsung memeriksa resep yang ditulis warga belajar satu persatu dan mengoreksinya. Kalau warga belajar sudah bisa mempraktikkan menulis dengan benar, pasti akan membuat mereka lebih percaya diri. ‘’Kepercayaan diri akan menjadi pemicu semangat sehingga makin tergerak hatinya untuk bisa menulis resep dan mencatat bahan kue dengan benar,’’ ungkap Dewi tutor sekaligus pendamping warga belajar KF di Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah.
Tahun 2008 penulis membantu istri Atiek Suwarni yang memotori Rotary Community Corps (RCC) Hoop-An mendapatkan kepercayaan dari Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Ajibarang untuk memberikan ketrampilan membuat makanan olahan dari ketela pohon. Di antaranya, membuat lanting milenium, stik singkong serta kue kering. Sasarannya adalah warga belajar KF di 5 kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Yaitu, Kecamatan Ajibarang, Gumelar, Wangon, Jatilawang dan Kecamatan Rawalo. ‘’Mereka berasal dari beberapa desa dalam satu wilayah kecamatan,’’ ungkap Drs. Slamet Sularto yang kini bertugas sebagai Kepala SKB Purwokerto.

Kebersamaan dan Tekun

Pada umumnya warga belajar KF itu mempunyai semangat belajar yang tinggi, menunjukkan kebersamaan dan kegotongroyongan serta lebih tekun. Mereka tidak malu bertanya, apalagi keterampilan baca, tulis dan berhitung langsung dipraktikkan. Selain mencatat bahan, resep dan cara membuatnya, warga belajar itu juga mencatat alat-alat yang diperlukan. Seusai pelatihan mereka mendapat bantuan peralatan yang digunakan secara berkelompok. Mereka juga belajar mengenai pengelolaan keuangan, mencatat belanja bahan baku, menghitung harga jual sampai juga belajar bagaimana memasarkan hasil produknya.
Penulis juga mengajak warga belajar untuk mencatat kehadiran waktu praktik membuat produk. Catatan tertulis itu penting apabila sudah menghitung hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh sehingga ketika membagi hasil keuntungan sesuai dengan presentase kehadiran. Apabila ada yang protes mendapat bagian sedikit, kelompok KF bisa menunjukkan absensi kehadirannya.
Warga belajar KF Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo yang dibimbing Dewi sampai saat ini masih aktif membuat lanting milenium dengan aneka rasa. Mereka menjual sendiri produknya, dan ada yang memasarkan kepada pengunjung wisata Kalibacin dan Bendung Gerak Serayu (BGS). Beberapa di antaranya, membuka warung makanan dan minuman di wisata air tersebut.
Memberikan keterampilan bagi warga KF ternyata mampu memberikan motivasi dan semangat untuk berwirausaha. Sebelumnya, mereka merasa bingung mau melakukan apa agar bisa mendapat penghasilan. Melalui kegiatan keterampilan itu yang dibarengi dengan pendampingan yang berkelanjutan, warga KF makin tertantang untuk menekuni keterampilan yang diperolehnya. Manfaat yang sudah diperoleh, mereka sudah bisa membaca, menulis dan berhitung plus keterampilan membuat makanan yang bisa dijual.
Menurut penulis, warga KF telah mendapat informasi berupa keterampilan, kemudian melakukan tindakan dengan membuat produk. Tentu saja dibutuhkan pendampingan yang berkelanjutan sehingga mereka kreatif dalam berusaha. Setidaknya, mereka bisa memanfaatkan keterampilan yang dimiliki sebagai salah satu kegiatan untuk mendapaatkan penghasilan. Selamat kepada ibu-ibu warga belajar Keaksaraan Fungsional (KF).
Dalam menularkan keterampilan kepada kaum perempuan, penulis dan istri pada tahun 2007 pernah bekerjasama dengan Tim Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Yaitu, memberikan keterampilan membuat kacang molen dan stik singkong di Kecamatan Karanglewas, Sumbang, Purwokerto Timur, Purwokerto Barat, dan Kecamatan Kedungbanteng.
Tahun 2009 RCC Hoo-An yang lebih memfokuskan memberikan keterampilan bagi kaum perempuan, juga bekerjasama dengan PNPM Desa Dermaji Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Yaitu, memberikan keterampilan membuat kacang molen, stik singkong dan lanting milenium bagi anggota PKK desa itu. Peserta yang mengikuti keterampilan sekitar 60 orang.
Manfaat yang diperoleh penulis dan istri adalah bertambah sahabat yang berasal dari desa. Bahkan setiap kali datang bersilaturahmi akan disambut dengan akrab. Tali silaturahmi makin berlanjut, ketika penulis bersama dr. Tonny S Moerdijat SpOG yang anggota Rotary Club of Purwokerto mengadakan upaya pencegahan kanker serviks dengan tim skrining RCC Utami yang anggota bidan-bidan. (Anton Soeparno)


Warga belajar mendengarkan informasi rencana pelatihan

Membuat kacang molen

Menggulung kacang